MOGADISHU (Reuters) – Orang-orang bersenjata Islam Al-Shabaab menyerang sebuah hotel di ibukota Somalia dekat kediaman presiden pada Selasa (10 Desember) dan polisi mengatakan mereka membunuh dua penyerang dan menyelamatkan puluhan orang dari dalam.
Kedua penyerang tewas di luar hotel ketika mereka melancarkan serangan, sementara dua lainnya menyerbu ke dalam, wakil komisaris polisi Jenderal Zakia Hussen mengatakan, menambahkan pasukan keamanan telah menyelamatkan 82 orang, termasuk beberapa pejabat.
“Kami memperingatkan orang-orang agar tidak menelepon kerabat mereka yang mereka pikir berada di hotel sampai operasi selesai,” tulisnya di Twitter saat pertempuran masih berkecamuk.
Kelompok militan, yang sering meluncurkan pemboman dan serangan senjata di Mogadishu dalam upaya untuk menggulingkan pemerintah yang didukung PBB, menegaskan telah menyerang hotel Syl, yang populer di kalangan pejabat dan anggota parlemen.
Kelompok itu juga menyerang hotel pada tahun 2016.
Seorang petugas polisi, yang hanya menyebut namanya sebagai Ahmed, mengatakan pasukan keamanan di hotel itu mengira orang-orang bersenjata itu adalah polisi ketika mereka mendekat, sampai mereka mulai menembak dan melemparkan granat.
“Kami baku tembak di gerbang hotel,” katanya.
Juru bicara militer Al-Shabaab Abdiaziz Abu Musab mengatakan pejuang kelompok itu menyerbu kompleks hotel dekat istana presiden.
“Kompleks ini adalah rumah bagi pejabat musuh,” katanya.
Osman Abdulle, seorang saksi di sebuah hotel terdekat, mengatakan dia mendengar suara tembakan di dalam hotel hingga larut malam pada hari Selasa.
“Saya bisa melihat puluhan orang diselamatkan dengan tangga yang diletakkan di dinding belakang hotel. Kami mendengar beberapa ledakan,” katanya kepada Reuters.
“Seluruh area masih dikepung.”
Somalia, di Tanduk Afrika, telah terperosok dalam konflik dan kekacauan sejak 1991, ketika panglima perang berbasis klan menggulingkan seorang diktator.
Al Shabaab, yang pernah menguasai sebagian besar negara itu, dipaksa keluar dari Mogadishu pada tahun 2011 dan sejak itu kehilangan sebagian besar benteng lainnya.
Tetapi para pejuangnya secara teratur menyerang situs-situs di Somalia dan negara tetangga Kenya, yang memiliki pasukan di Somalia.