Kuala Lumpur (ANTARA) – Kelompok hak asasi Amnesty International dan Asylum Access meminta perintah pengadilan pada Senin (22 Februari) untuk mencegah Malaysia mendeportasi 1.200 warga negara Myanmar, karena khawatir nyawa mereka dapat terancam.
Para pejabat dan pengungsi mengatakan Malaysia akan mendeportasi warga Myanmar, termasuk pencari suaka, pada hari Selasa di tiga kapal angkatan laut yang dikirim oleh militer Myanmar, yang merebut kekuasaan dalam kudeta 1 Februari.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan setidaknya enam orang yang terdaftar di dalamnya termasuk di antara tahanan imigrasi yang dikirim kembali.
Amnesty International dan Asylum Access cabang Malaysia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah mengajukan peninjauan kembali di Pengadilan Tinggi Kuala Lumpur, berdasarkan informasi yang menunjukkan pencari suaka dan pengungsi termasuk di antara mereka yang dideportasi.
Pengajuan itu, kata mereka, termasuk nama dan rincian tiga pemegang dokumen UNHCR dan 17 anak di bawah umur yang memiliki setidaknya satu orang tua yang masih berada di Malaysia.
“Memisahkan anak-anak dari orang tua mereka adalah praktik yang sangat tidak manusiawi yang menempatkan anak-anak di bawah umur ini pada risiko besar dan bertentangan dengan kepentingan terbaik anak,” kata direktur eksekutif Amnesty Malaysia Katrina Jorene Maliamauv.
Pemerintah Malaysia, Kementerian Dalam Negeri dan direktur jenderal Departemen Imigrasi disebut sebagai responden dalam gugatan itu, kata kelompok itu. Para responden tidak menanggapi permintaan komentar.
Malaysia mengatakan tidak akan mendeportasi Muslim Rohingya atau pengungsi yang terdaftar di UNHCR.
Tetapi kekhawatiran atas deportasi pencari suaka yang tidak terdaftar tetap ada karena UNHCR belum diizinkan untuk mewawancarai tahanan selama lebih dari setahun untuk memverifikasi status mereka.
Mereka yang dideportasi termasuk orang-orang dari komunitas Muslim dan Chin yang melarikan diri dari konflik dan penganiayaan di rumah, kata kelompok pengungsi.
UNHCR mengatakan belum menerima tanggapan resmi atas permintaannya untuk mengakses pusat-pusat penahanan sebelum deportasi, dan tidak dapat mengkonfirmasi rincian mereka yang dideportasi.