MAGELANG, INDONESIA (AFP) – Ratusan lentera dilepaskan ke langit oleh umat Buddha Indonesia yang merayakan hari Waisak di Candi Borobudur untuk pertama kalinya sejak pandemi virus corona melanda negara itu.
Lebih dari seribu umat Buddha dari seluruh nusantara berkumpul di candi Budha terbesar di dunia, yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, untuk memperingati kelahiran, pencerahan dan kematian Buddha Siddharta Gautama.
Perayaan pada Senin (16 Mei) malam termasuk doa dan meditasi, mengumpulkan air suci dan pelepasan lentera terbang yang melambangkan pelepasan negativitas.
“Ini adalah pertama kalinya kami dapat mengadakan perayaan sejak pandemi dimulai, karena kami masih di tengah pandemi, kami membatasi jumlah peserta hanya 1.200 orang,” kata Eric Fernardo, juru bicara acara tersebut, kepada AFP, Senin.
Hanya mereka yang menerima undangan dan dosis ganda vaksin Covid-19 yang diizinkan memasuki kompleks Borobudur yang luas untuk mengikuti upacara.
Sebelum pandemi, acara ini biasanya dihadiri oleh lebih dari 20.000 orang dari seluruh negara mayoritas Muslim dan tempat-tempat lain.
“Setelah dua tahun tidak bisa merayakan Hari Waisak di sini, sekarang kami akhirnya bisa, meskipun tidak persis seperti sebelum pandemi karena masih ada pembatasan, tapi saya sangat senang,” kata Christina, seorang Buddhis berusia 20 tahun yang menggunakan satu nama, kepada AFP.
“Kami masih bisa merasakan antusiasme dan kegembiraan, meskipun jumlah peserta terbatas,” tambah mahasiswa asal Jakarta, ibukota Indonesia ini.
Terlepas dari pembatasan dan protokol kesehatan yang ketat, para biksu dan jamaah dengan khidmat mengikuti prosesi dan upacara tiga hari, termasuk ritual untuk mengumpulkan air suci dari mata air murni di Jumprit di distrik Temanggung di dekatnya.
Prosesi dan hitung mundur ke Waisak, tepat sebelum tengah malam pada hari Senin, juga disiarkan langsung bagi mereka yang tidak memiliki undangan untuk menghadiri acara tersebut.
Umat Buddha Indonesia berjumlah kurang dari satu persen dari lebih dari 270 juta penduduk negara itu.
Dibangun pada abad kesembilan, Candi Borobudur ditinggalkan ketika kerajaan Hindu di pulau Jawa menurun dan mayoritas orang Jawa mulai masuk Islam.
Terkubur di bawah abu vulkanik dan tersembunyi di hutan, keberadaan candi ini sebagian besar dilupakan sampai abad ke-19. Ini telah mengalami restorasi besar dan saat ini merupakan situs warisan dunia Unesco.